Setelah materi pelajaran selesai, kami memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang baru saja disampaikan, ternyata banyak siswa yang tidak bisa menjawab dengan alasan tidak mendengarkan karena mengantuk.
Melihat kondisi kelas yang kurang kondusif seperti itu, tentunya kami
harus mencari terobosan agar pembelajaran yang kami sampaikan dapat
berjalan efektif dan siswa dapat bersemangat kembali untuk menerima
pelajaran. Kami harus menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan
dengan sedikit humor dan metode pembelajaran yang tidak monoton.
Adapun langkah-langkah yang kami lakukan untuk mengatasi kondisi kelas
yang kurang kondusif seperti di atas adalah sebagai berikut :
1. Selingan pantun
Sebelum pembelajaran dimulai, kami melakukan apersepsi dengan berpantun. Contoh pantunnya sebagai berikut :
Pergi ke pasar membeli batik
Tidak lupa membeli sarimi
Duhai muridku yang tampan dan cantik
Bagaimana kabar kalian hari ini
Tidak lupa membeli sarimi
Duhai muridku yang tampan dan cantik
Bagaimana kabar kalian hari ini
Setelah kami berpantun seperti di atas maka siswa disuruh untuk
membalas dengan pantun juga. Kami menunjuk siswa yang kurang bersemangat
atau mengantuk untuk menjawab pantun. Dengan demikian siswa tersebut
akan berpikir untuk membuat pantun sehingga semangat belajarnya akan
bangkit kembali.
Selingan pantun dapat pula diberikan pada saat proses pembelajaran
sedang berlangsung atau di akhir pembelajaran. Contoh pantun yang kami
sampaikan di tengah-tengah pembelajaran adalah:
Berburu membawa senapan
Digunakan untuk menembak ayam
Demikian materi tentang rukun iman
Apakah kalian sudah paham?
Anak sekolah memakai seragamDigunakan untuk menembak ayam
Demikian materi tentang rukun iman
Apakah kalian sudah paham?
Abu-abu warna celananya
Bagi kalian yang belum paham
Bapak persilahkan untuk bertanya
2. Menyampaikan materi pelajaran dengan canda dan humor
Canda atau humor merupakan salah satu jurus ampuh untuk membangkitkan
semangat belajar siswa yang mulai menurun. Dari canda dan humor itu,
siswa menjadi tertawa. Tertawa membuat fisik, mental dan sosial lebih
sehat. Ternyata tertawa juga dapat mengurangi tingkat stres, melancarkan
sirkulasi peredaran darah, mengatasi rasa bosan, meningkatkan mood, dan
lebih termotivasi. (sumber: http://erwingeograf.blogspot.com)
3. Menjadikan siswa yang mengantuk atau kurang konsentrasi sebagai obyek pembelajaran
Siswa yang tidak memperhatikan pelajaran atau mengantuk dapat dijadikan
obyek dalam pembelajaran. Sebagai contoh pembahasan tentang materi
perilaku yang baik. Kami menceritakan suatu kisah dengan menambahkan
tokoh dalam cerita tersebut dengan nama siswa yang mengantuk. Ternyata
ini mendapatkan respon yang positif dari siswa lain sehingga siswa yang
mengantuk tadi menjadi bangkit kembali dan rasa kantuknya berkurang.
4. Hukuman dengan nyanyian lucu
Bagi siswa yang mengantuk atau tidak memperhatikan pelajaran dihukum
untuk maju ke depan mennyanyikan lagu anak-anak 'satu-satu Aku Sayang
Ibu'. Siswa yang dihukum tersebut disuruh mengulang menyanyikan lagu itu
dengan teks yang telah kami ganti sebagai berikut:
Satu-satu Aku sayang pacarku
Dua-dua Aku sayang panda
Tiga-tiga Aku sayang daun muda
Satu Dua tiga Aku sayang Janda
Dua-dua Aku sayang panda
Tiga-tiga Aku sayang daun muda
Satu Dua tiga Aku sayang Janda
Pada nyanyi yang kedua ini siswa yang dihukum menyanyi hanya mengucap
kata-kata awal yaitu satu-satu, dua-dua, tiga-tiga, dan satu dua tiga.
Sedangkan terusannya kami tulis dalam kertas dan dipegang oleh siswa
lain sehingga siswa yang dihukum menyanyi tidak mengetahui terusannya.
Ketika siswa yang dihukum menyanyi mengucapkan satu-satu, maka siswa
lain yang membawa tulisan 'Aku sayang pacarku' membuka kertas dan
mengangkatnya, siswa yang dihukum menyanyi disuruh segera membacanya
dengan keras sebagai lanjutan lirik 'satu-satu'. Begitu seterusnya.
Ternyata metode ini dapat membangkitkan kembali semangat siswa dan
memberikan pencerahan bagi siswa.
5. Selingan dengan permainan angka
Ketika dalam proses pembelajaran banyak siswa yang kurang bergairah dan
mengantuk maka dapat diselingi dengan permainan angka. Meskipun
permainan angka ini tidak ada hubungannya dengan materi PAI yang kami
ajarkan, namun guna memotivasi kembali siswa tentunya tidak salah
bilamana selingan permainan angka diberikan.
Mula-mula kami memberikan pertanyaan kepada siswa, 4-2 = ?
Tentunya para siswa menjawab 2. Kami menyalahkan jawaban mereka, bahwa 4-2 = 1. Mereka pun membantah dan terjadi perdebatan. Dalam situasi ini, kami merasa seakan-akan lupa dan pura-pura berpikir dengan cara mondar-mandir di depan kelas. Tentunya siswa-siswa memperhatikan kami dan beranggapan kami lupa.
Tentunya para siswa menjawab 2. Kami menyalahkan jawaban mereka, bahwa 4-2 = 1. Mereka pun membantah dan terjadi perdebatan. Dalam situasi ini, kami merasa seakan-akan lupa dan pura-pura berpikir dengan cara mondar-mandir di depan kelas. Tentunya siswa-siswa memperhatikan kami dan beranggapan kami lupa.
Kemudian kami tetap menyalahkan jawaban mereka dengan cara pembuktian.
Siswa akan merasa penasaran dengan pembuktian itu. Dari sini secara
tidak langsung siswa telah mulai terbawa oleh permainan kami dan mulai
bangkit semangatnya untuk memperhatikan pelajaran.
Sebelumnya kami telah mempersiapkan lembaran karton yang kami gunting
membentuk huruf I sebanyak 4 lembar. Lembaran karton tersebut kami
tempelkan di papan tulis dan kami susun menjadi angka 4. Kemudian
lembaran karton yang membentuk angka 4 tersebut kami ambil 2 sehingga
tinggal 2 lembaran yang membentuk angka 1. Ini pembuktiannya. Siswa pun
tertawa dan merespon dengan berbagai tanggapan.
6. Teka-teki silang
Kami menggunakan metode teka-teki silang sebagai cara penggunaan
berbagai metode dalam pembelajaran. Meskipun sebagian guru menganggap
teka-teki silang sebagai metode pemalas, tetapi menurut kami teka-teki
silang dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengasah otak. Caranya siswa
disuruh belajar materi yang akan diajarkan terlebih dahulu, kemudian
kami memberikan lembaran yang berisi teka-teki silang yang berkaitan
mata pelajaran. Tentunya kami telah mempersiapkan terlebih dahulu
teka-teki silang tersebut. Ternyata dengan teka-teki silang ini, siswa
akan berusaha mencari jawaban yang tepat dari pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan sesuai dengan kolom yang disediakan. Dampak positifnya, siswa
akan belajar terlebih dahulu dan akan membaca pertanyaan-pertanyaan
yang berisi materi pelajaran.
7. Penggunaan multimedia
Penggunaan pembelajaran berupa multimedia seperti memutarkan video
tentang mati suri dapat meminimalisir kelesuan siswa, dan bahkan rasa
kantuk yang dialami akan sirna dengan menonton film gratis bernuansa
pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar